Jumat, 01 Maret 2013

Aku - 4

           “Pagi ini aku ke kost. Aku sempat BBM kamu tadi malam tapi kamu nggak balas. Aku pikir kamu marah. Terus aku coba telepon tapi nggak ada respon. Yasudah, aku putuskan langsung berangkat kesana. Selama di perjalanan km nggak balas telepon atau BBMku.aku sempat mikir negatif. Mungkin kamu lagi asyik sama Milly. Aku nggak mau tahu, aku pengen ketemu kamu. Sampai di kamar kost, aku lihat lampu kamar nyala. Aku gedor – gedor nggak ada yang buka. Akhirnya aku dobrak. Dan aku nemuin kamu tergeletak di bawah, dekat muntahan di kamar mandi.”.
            Dia berhenti sejenak. Kulihat paras wajahnya seperti kecapekan. Mataku pun masih lemah memandangnya karena pusing yang teramat sangat ini.
       “Langsung aja aku bawa kau kesini naik motor. Mana aku harus repot pakai iketan segala lagi biar kamu nggak jatuh. Kan kamu lagi pingsan. Untungnya sampai juga disini..”
          Dia nyerocos dengan gayanya yang khas. Mataku sayu melihatnya. Merasa tak mendapat respon apa – apa dariku, dia menatapku. Kalimat lain yang sudah siap meluncur dari bibirnya, tertahan disana.
       “Sorry..udah, kamu istirahat ya. Tadi aku telepon Milly. Dia panik juga. Sengaja nggak aku telepon tadi malam. Dia bakal lebih panik. Lagian apa yang mau dibilang Milly ke orang tuanya? Izin jalan sama teman jam segitu jelas nggak mungkin. Tadi udah kuminta nggak panik dan santai aja berangkat ke sini.”
          “Makasih..”, jawabku lirih.
         Dia betulkan posisi selimutku kembali. Dia ambil botol air mineral di meja dan menawariku minum. Tapi aku malas. Rasanya badanku lemas. Bibirku terasa kering. Kusentuh dengan tangan kanan, kurasakan keringnya bibir dan sesuatu yang sedikit basah. Bibirku ternyata berdarah.
           “Bibirmu pecah – pecah. Sebenarnya aku penasaran, kamu habis ngapain seharian kemarin. Tapi nanti bisa kamu ceritakan kalau sudah mendingan. Istirahat aja. Analisis laboratorium keluar malam ini. Semoga penyakitmu nggak parah.”, kata Nathan.
            Aku mengangguk, mencoba kembali menutup mataku. Seumur hidup aku tak pernah merasakan pusing seluar biasa ini dan sakitnya perut semelilit ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar